Selasa, 05 Februari 2008

RENDAHNYA KEGIATAN PRAKTEK PRODUKTIF

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan ahlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara seperti tertulis pada Undang-undang Sistem. Pendidikan Nasional tahun 2003 pasal 1 ayat 1.
Di dalam PP 19 tahun 2005 Bab IV pasal 19 tertulis Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi pesrta didik. Hal ini berlaku pada sekolah umum maupun pada sekolah kejuruan
Kamars (1989:65) pada umumnya Sekolah Menegah Umum tingkat Atas lebih ditekankan pada jalur akademik, walaupun secara teoritis dinyatakan juga untuk persipan memasuki lapangan kerja. Pad tujuan SMA itu sendiri masih dicantumkan sebagai persipan untuk melanjutkan pendidikan ketingkat yang lebih tinggi (Perguruan Tinggi) dan untuk bekerja di masyarakat.
Pendidikan kejuruan yang dikenal dengan SMK adalah bagian dari sistem Pendidikan Nasional pada jenjang pendidikan menengah dengan pengembangan kemampuan peserta didik agar dapat bekerja dalam bidang tertentu, kemampuan beradaptasi di lingkungan kerja, dapat melihat peluang kerja, dan dapat mengembangkan diri di masa yang akan datang.
Dengan demikian Sekolah Menengah Kejuruan, dituntut untuk mampu menghasilkan lulusan yang diharapkan oleh dunia kerja, industri maupun masyarakat. Sebagai tenaga kerja yang dibutuhkan, harus memiliki kompetensi sesuai bidangnya dan mempunyai daya saing yang tinggi.
Calhoum dan Finch (1982) dalam Sonhadji, mendefinisikan pendidikan kejuruan sebagai program pendidikan terorganisasi, yang secara langsung berkaitan dengan penyiapan lulusan memasuki dunia kerja. Sehubungan dunia kerja ini mereka menyatakan bahwa dalam menyelenggarakan program pendidikan kejuruan, yang harus diperhatikan adalah perubahan teknologi yang dapat mempengaruhi budaya dan hidup manusia.
Dalam upaya memperbaiki proses pembelajaran agar benar-benar efektif, maka fungsi media pembelajaran sangat penting. Dalam De-Potter (2000) menyatakan, tingkat penyerapan informasi lewat telinga sebesar 20%; penyerapan informasi lewat mata saja sebesar 30%; lewat mata dan telinga 50%; lewat mata, telinga dan diskusi sebesar 70%; lewat mata, telinga, diskusi, latihan, dan penggunaan, penyerapan informasi se-besar 90%. Pemakaian media dalam proses pembelajaran dimaksudkan untuk mempertinggi daya cerna siswa terhadap informasi atau materi ajar yang diberikan.
Telah banyak dana diinvestasikan oleh pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui pengadaan atau pendistribusian berbagai macam media pembelajaran ke sekolah-sekolah di seluruh Indonesia. Namun tingkat efektifitas penggunaan media pembelajaran sangat tergantung pada derajat kesesuaiannya dengan materi diklat yang akan diajarkan, disamping tergantung juga pada keahlian guru dalam menggunakan media tersebut.
Disisi lain, siswa harus dapat memanfaatkan waktu sesuai jadwal yang telah ditentukan untuk dapat memaksimalkan kegiatan belajar praktek produktif. Hal ini bertujuan lebih menguasai dan memahami tututan kompetensi, sehingga nantinya mampu bersaing dengan persyaratan dunia industri/dunia usaha maupun tuntutan masyarakat. Tentunya dengan bimbingan instruktur masing-masing bidang keahlian.
B. PERMASALAHAN
Melihat kenyataan tersebut diatas, dan pengamatan beberapa saat diperoleh bahwa kegiatan belajar praktek produktif di bengkel SMK telah mengalami perubahan. Beberapa waktu yang berlalu bengkel selalu ramai dengan kesibukan siswa belajar praktek, tetapi saat sekarang terlihat sepi dari kegiatan walaupun jadwal telah terpampang. Siswa banyak yang tersebar dibeberapa tempat hanya mengobrol dan beberapa siswa lagi tiduran di ruang ganti ataupun nongkrong di kantin. Bahkan guru pembimbing /intruktur tak ada ditempat.
Dengan demikian dapat kami sampaikan rumusan masalah yang ada yaitu:
1. Adakah Job/pekerjaan dan pengelolaan siswa secara jelas ?
2. Apakah instruktur dituntut selalu mendampingi siswa praktek?
3. Apakah sarana dan prasarana mencukupi sesuai dengan tututan kompetensi yang diajarkan?


C. PEMBAHASAN
1. Job/pekerjaan dan pengelolaan siswa
Seorang guru khususnya praktek produktif sebelum melaksanakan proses belajar mengajar harus mempersiapkan beberapa hal diantaranya adalah: Daftar Hadir, Daftar Nilai, Rencana Pembelajaran, Materi Pembelajaran, Lembar kerja siswa, Job-sheet, dan Alat Evaluasi. Apabila hal tersebut telah terpenuhi barulah melaksanakan proses belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan apa yang tercantum dalam Buku Pedoman Mutu SMK (2005:4) semua kegiatan belajar mengajar harus sudah direncanakan secara baik dan terprogram sebelum dilaksanakan.
Dalam proses belajar mengajar dituntut kemampuan dan kecerdasan guru dalam mensiasati kondisi yang ada. Tentunya bagaimana mengelola siswa sesuai dengan rencana pembelajaran, materi pembelajaran dan jumlah siswa belajar serta sarana prasarana yang tersedia. Lain dari itu instrument dan pembagian kelompok siswa harus jelas dan mudah dipahami.
2. Pendampingan Instruktur saat siswa praktek
Siswa SMK adalah usia yang sedang berkembang, baik secara fisik maupun emosional. Sehingga jiwa masih labil dan mudah dipengaruhi oleh adanya situasi lingkungan. Kegiatan yang mereka lakukan akan ikut berperan membentuk perilaku dan polapikirnya. Dalam kaitanya perilaku terhadap tugas yang telah diterima dan harus diselesaikan akan sangat tergantung bagaimana cara penyampaian tugas dan bagaimana pengawasan terhadap pelaksanaan penyelesaian tugas.
Dalam Pedoman Mutu SMK (2005:4) bahwa proses kegiatan belajar mengajar disekolah dilakukan oleh team pengajar/team instruktur. Dengan demikian insruktur harus selalu memantau kegiatan yang dilakukan siswa. Apakah sudah sesuai dengan tugas yang diberikan, bagaimana cara penyelasaian tugas, sampai dimana tugas diselesaikan, adakah kendala/hambatan dalam penyelesaian tugas. Hal ini penting dalam rangka memberikan bimbingan dan solusi yang diperlukan dalam membantu siswa belajar.
Akan tetapi pendampingan tidak selamanya dapat berlangsung. Kita tahu guru mempunyai tugas sampingan dan tugas lain dari lembaga yang semuanya menuntut penyelesaian dengan cepat. Untuk itu ada kalanya guru meninggalkan siswa beberapa saat untuk menyelesaikan tugas lain. Saat seperti ini di perlukan kerja sama antar guru/team maupun antar siswa serta guru dan siswa.
Kondisi seperti ini harus diatur dan disesuaikan dengan factor-faktor mana yang sangat urgen untuk diselesaikan lebih dulu. Siswa praktek dan menyelesaikan tugasnya dibengkel, penuh dengan resiko, dan selalu dalan ancaman bahaya. Seharusnya aturan keselamatan dan kesehatan kerja lebih ditekankan, untuk menghindari dan meminimalisasi terjadinya kecelakaan kerja. Sehingga saat guru meninggalkan siswa praktek untuk beberapa saat, ancaman bahanya bisa dikurangi dan siswa akan tetap merasa nyaman dalam bekerja.
3. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana adalah suatu hal yang sangat vital di sekolah menengah kejuruan. Seperti yang kita tahu untuk bisa mendidik dan mengasilkan alumni yang trampil dan siap kerja diperlukan latihan ketrampilan kerja yang berkelanjutan dan sarana dan prasarana yang memadai. Sehingga sarana dan prasarana dituntut harus terpenuhi sesuai dengan materi pelatihan yang telah direncanakan.
Dalam Pedoman Mutu SMK (2005:1) Sarana dan prasarana mencakup :
· Gedung, ruang kerja, dan kelengkapan terkait, Peralatan proses,
· Alat/jasa pendukung, antara laian: angkutan, komunikaasi, dll.
Peralatan proses yang dimaksud disini adalah semua alat dan bahan yang diperlukan dalam kegiatan dan mendukung semua kegiatan proses belajar mengajar khususnya praktek produktif. Bila alat yang diperlukan tidak ada dan tidak tersedia sudah tentu akan terjadi hambatan. Demikian juga dengan bahan praktek, yang mana bila bahan praktek berkurang atau sampai tidak ada, secara otomatis kegiatan praktek akan terganggu dan semua itu akan menghambat tercapainya tujuan pembelajaran.
Dalam pemenuhan sarana prasarana ini harus diperlukan perhitungan secara matang. Sebab bila tidak tepat dan akurat sesuai dengan tuntutan dari rencana pembelajaran, dalam pelaksanaanya mengalami hambatan. Untuk itu perlu adanya kooardinasi dalam penyusunan rencana kebutuhan alat dan bahan dalam periode tertentu.
Sebagai penangung jawab pemenuhan sarana prasarana di program keahlian adalah ketua program bersama dengan kepala bengkel. Dalam pemenuhan disini tidak hanya mengadakan, tetapi juga perawatan berkala dan perbaikan adanya kerusakan. Kemudian dari program keahlian dikonsultasikan dan dikoordinasikan ke bagian sarana dan prasarana untuk diproses lebih lanjut.

D. Kesimpulan dan Saran
Diperlukan adanya Jobsheet dan lembar kerja siswa yang baku sebagai pedoman dan acuan untuk setiap kompetensi, sehingga setiap kegiatan belajar sudah terkendali dengan baik.
Instruktur selalu memperhatikan dan usahakan mendampingi siswa dalam kegiatan belajar, komunikasikan dengan baik bila ada pekerjaan lain yang menuntut diselesaikan dengan cepat, atau ada keperluan/acara yang bersamaan waktunya misal: rapat koordinasi, rapat tingkat manajemen, rapat panitia, ada tamu, dinas luar dan lain sebagainya.
Kebutuhan sarana dan prasarana bengkel disusun sesuai dengan kebutuhan dari praktek kompetensi dan sarana pendukungnya, sehingga akan memperlancar kegiatan yang diselenggarakan.
Adanya kesepakatan dan kesadaran bersama tentang tugas dan tanggung jawab yang harus di jalankan pada masing-masing personal sehingga pelaksanaan kegiatan akan terasa nyaman dan menyenangkan.


DAFTAR RUJUKAN
Team ISO SMK N2 Kendal, 2005, Pedoman Mutu SMK N2 Kendal, SMK N2 Kendal.

De-Potter, Reardon, Sinyu, Nourie, 2000, Quantum Teaching, Kaifa, Bandung,

Sonhadji.A, 2006, Bahan Perkuliahan Landasan Pendidikan Kejuruan, Universitas Negeri Malang, Malang.

Depdiknas, 2005, Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta.

Depdiknas, 2003,Undang-undang Sistem. Pendidikan Nasional tahun 2003, Jakarta.

Kamars, Dachnel. 1989. Sistim Pendidikan Dasar, Menengah, dan Tinggi Suatu Perbandingan antar beberapa Negara. Proyek pengembanngan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Jakarta.

ANALISA DAN PERBAIKAN KOPLING

I. Diagnosa dan Perbaikan Kerusakan Kopling. Memelihara kopling dapat dibagi menjadi tiga jenis :\ a. Pemeliharaan preventif. Memeriks...