Rabu, 26 Juli 2023

ANALISA DAN PERBAIKAN KOPLING

I. Diagnosa dan Perbaikan Kerusakan Kopling. Memelihara kopling dapat dibagi menjadi tiga jenis :\ a. Pemeliharaan preventif. Memeriksa jarak bebas pedal, memeriksa tingkat cairan hidrolis, dan melakukan penyetelan yang diperlukan untuk memastikan operasi sistem yang benar. b. Diagnosis masalah. Menentukan penyebab untuk menentukan prosedur perbaikan yang tepat. c. Perbaikan. Melakukan perbaikan atau penggantian komponen yang sesuai untuk mencapai operasi kendaraan yang tepat. Bagian ini menjelaskan pemeliharaan normal, penyetelan, dan prosedur diagnostik untuk masalah sistem kopling secara umum. 1. Kopling selip a. Cek Diam: 1. Start kendaraan dan panaskan mesin untuk operasi suhu yang normal, memblokir (ganjal) roda, dan aktifkan rem parkir. 2. Masukan transmisi ke gigi tertinggi dan lepaskan pedal kopling pelan-pelan. Jika kopling terhubung benar, maka putaran mesin harus segera turun, tetapi jika terjadi penundaan penurunan putaran mesin maka hal ini menunjukkan kondisi kopling selip. b. Uji jalan. 1. Setelah mesin mencapai suhu operasi normal, perlahan-lahan percepat sampai 25-30 km per jam pada gigi transmisi tertinggi. 2. Tekan pedal gas sepenuhnya untuk membuat kecepatan penuh. Jika mesin rpm meningkat tanpa diikuti dengan peningkatan kecepatan kendaraan yang signifikan, berarti kopling selip dan perlu perbaikan. 2. Kopling berbunyi. Bunyi kopling disebabkan oleh kopling yang slip berulang kali, akhirnya hubungan cover clutch (pressure plate) dan permukaan roda gaya tidak normal. Suara kopling menghasilkan getaran, detaran dapat dirasakan dan dapat diteruskan ke bodi kendaraan dan menyebabkan kebisingan sekunder. Kopling berbunyi bisa disebabkan oleh minyak atau lemak pada plat kopling, plat kopling mengkilap, longgar atau rusak retak, peredam torsi usang, bengkok atau plat kopling terdistorsi, clutch cover (penutup kopling) longgar, pin pada roda gaya hilang, atau runout roda gaya berlebihan. Hot spot pada fly weel dapat menyebabkan pelat kopling dijepit tidak merata mengakibatkansuara. 3. Kopling menarik (tidak mau bebas). Kopling menarik adalah suatu kondisi di mana kopling tidak melepaskan sepenuhnya. Gejalanya bisa berupa gigi transmisi sulit bergeser dari netral ke gigi masuk (gigi satu). Periksa kopling pada putaran rendah. a. Start kendaraan dan panaskan mesin dan transmisi untuk Suhu operasional. b. Dengan transmisi pada posisi netral dan jalankan mesin pada putaran idle. c. Injak pedal kopling, tunggu sembilan detik, dan masukan transmisi pada gigi mundur. d. Jika terdengar suara roda gigi gemeretak menunjukkan kopling belum sepenuhnya bebas. 4. Memeriksa suara pada unit kopling. Memeriksa kebisingan unit kopling digunakan untuk menentukan penyebab suara-suara tersebut muncul, seperti pada saat pedal kopling ditekan. Masalah kebisingan dapat digolongkan dalam empat kategori, yaitu : a. Suara pada bearing transmisi – suara hilang setelah pedal kopling ditekan. Jika kebisingan muncul pada saat pedal kopling ditekan sepenuhnya dan roda gigi transmisi pada gigi rendah, maka penyebabkannya adalah bantalan pilot atau bantalan pembebas. Untuk memastikan, gigi transmisi harus benar-benar berhenti. Jika kebisingan menjadi sangat parah, maka penyebabnya adalah bantalan pilot, karena crankshaft (poros engkol) berputar dan poros input transmisi berhenti. b. Bantalan pembebas rusak - kebisingan dimulai selama pedal kopling ditekan. Posisikan transmisi pada posisi netral dan lepaskan injakan pedal kopling sedikit sampai gigi transmisi berputar. Pada saat ini bantalan pilot berhenti berputar namun bantalan pembebas masih berputar. Jika suara itu berhenti, itu menandakan bahwa bantalan pilot rusak. Jika kebisingan terjadi terus, maka dapat dipastikan bantalan pembebas rusak. c. Clutch cover (penutup kopling) rusak - kebisingan dan getaran terjadi pada saat pedal kopling ditekan setengah langkah. Ketika mendiagnosis suara bantalan pembebas, pastikan untuk memeriksa kenyetel free play (jarak bebas) kopling. Ketinggian ujung pegas diafragma yang tidak merata dapat menyebabkan slip antara release bearing (bantalan pembebas) dan diafragma yang akan menimbulkan kebisingan. d. Bantalan Pilot rusak - suara muncul setelah pedal kopling ditekan sepenuhnya. Beberapa suara dapat disebabkan oleh getaran dan kurangnya pelumasan pada poros dari rilis fork (garpu pembebas), Pastikan untuk melumasi titik-titik ini dengan grease (gemuk). Untuk mempersiapkan pemeriksaan ini, mesin harus dihidupkan pada kecepatan idle dan sistem penggerak kopling harus disetel untuk mendapatkan free play (jarak bebas) yang benar. II. Perbaikan Unit Kopling. Ketika perbaikan unit kopling diperlukan, maka akan memerlukan waktu yang cukup untuk melepas dan memasang kebali unit transmisi. Plat kopling dan clutch cover unit (unit penutup kopling) sering rusak dan memerlukan penggantian. Bantalan pembebas dan pilot bearing diganti untuk memastikan operasi yang tepat untuk kerja dari plat kopling dan unit clutch cover (unit penutup kopling penutup). a. Melepas unit kopling. Saat melepas kopling untuk mendiagnosis kita gunakan prosedur berikut: 1. Tandai roda gaya dan clutch cover unit (unit penutup kopling) dengan suatu tanda (titik) untuk nantinya pemasangan kembali jika digunakan kembali. 2. Lepaskan baut mengamankan clutch cover unit (unit penutup kopling) pada roda gaya secara silang dan bertahap. Menggunakan prosedur ini untuk nmencegah clutch cover unit (unit penutup kopling) bengkok. 3. Gunakan puller (penarik) untuk melepas bantalan pilot dari crankshaft (poros engkol). b. Memasang kopling. 1. Periksa baut roda gaya untuk memastikan momen pengencangannya sesuai dengan spesifikasi. Juga periksa lekukan bantalan pilot untuk memastikan hal itu bersih. Menggunakan alat driver (pendorong) yang sesuai terhadap race luar dari pilot bearing, mendorong bantalan pilot baru ke dalam lubang crankshaft. 2. Tempatkan plat kopling baru pada poros transmisi dan memastikan plat kopling dapat meluncur bebas di atas alur poros input transmisi. Pastikan sisi yang benar dari plat kopling ditempatkan terhadap roda gaya. Jika pada pegas peredam tidak ditandai sisi roda gaya maka biasanya pada bagian pegas peredam radial pada sisi pressure plate (plat penekan). 3. Tempatkan center clutch (pengepas plat kopling) pada plat kopling dan ke dalam bantalan pilot sehingga antar bantalan pilot dan plat kopling atu garis lurus (berpusat sama). 4. Pasang clutch cover unit setelah plat koping, dengan menyelaraskan pada pasak dan lubang baut. Pasang baut clutch cover unit (unit penutup kopling) 5. Kencangkan baut clutch cover unit (unit penutup kopling) dengan cara berahap dan secara silang. 6. Terapkan grease (gemuk) suhu tinggi pada poros garpu dan area kontak garpu. Isi alur bagian dalam kerah bantalan pembebas dengan grease (gemuk). 7. Tempatkan bantalan pembebas pada dudukan transmisi dan periksa gerakan kerah ujung pegas disfragma. c. Memasang unit tansmisi. 1. Tempatkan grease (gemuk) tipis-tipis pada splines (alur-alur) poros plat kopling. 2. menyangga transmisi ketika sedang dipasang. Jangan biarkan transmisi menggantung pada splines (alur-alur) plat kopling. 3. Posisikan gigi transmisi pada gigi rendah dan memutar poros output atau mengubah roda gaya untuk menyelaraskan splines poros input dengan hub kopling. 4. Dorong transmisi ke posisi sampai bagian depan transmisi menempel blok mesin. Jangan memaksa transmisi ke posisi tersebut. 5. Pasang baut transmisi dan kemudian kencangkan dengan torsi yang tepat.

Jumat, 27 Maret 2020

SISTEM REM/BRAKE SYSTEM

SISTEM REM/BRAKE SYSTEM

A.  Dasar Sistem Rem. 
      Rem kendaraan dirancang untuk memperlambat dan menghentikan kendaraan dengan mengubah energi kinetik (energi gerak ) menjadi energi panas .  Kampas rem menekan tromol / cakram sehingga menimbulkan gesekan yang menghasilkan energi panas . Intensitas panas sebanding dengan bobot dan kecepatan kendaraan. 

1. Prinsip Gesekan.
Gesekan adalah perlawanan terhadap gerakan yang dihasilkan dari dua benda yang bergerak atau bergesekan satu sama lain. Ada dua jenis gesekan : kinetik dan statis . Gesek kinetik terjadi antara dua benda , salah satunya bergerak . Gesekan kinetik selalu menghasilkan panas. Semakin banyak gesekan kinetik yang dihasilkan , semakin banyak pula panas yang dihasilkan. Sistem pengereman kendaraan menggunakan gesekan kinetik untuk mengubah energi dari kendaraan yang bergerak menjadi panas . Gesekan statis terjadi antara dua benda yang diam . Sistem pengereman kendaraan menggunakan gesekan statis untuk menahan kendaraan ketika sedang diparkir . Gesekan statis tidak menghasilkan panas .
Berbagai faktor mempengaruhi gesekan yang dihasilkan antara dua buah benda, antara lain :
a. Kekasaran permukaan dua benda. Semakin kasar permukaan suatu benda semakin banyak gesekan
    yang dihasilkan. Permukaan yang sangat kasar membuat gesekan menjadi besar, tetapi permukaan
    kasar juga mengakibatkan permukaan gesek akan cepat aus. Oleh karena itu , rem kendaraan
    menggunakan permukaan relatif halus untuk menghindari permukaan gesek cepat aus . Oleh
    karena itu untuk mengkompensasi permukaan yang halus, maka rem kendaraan menggunakan
    dengan sejumlah tekanan diatas area kontak gesekan yang relatif besar .
b. Tekanan Semakin besar tekanan pada suatu benda  , semakin banyak gesekan yang hasilkan . Oleh
     karena itu , semakin besar tekanan yang diterapkan untuk rem , dengan semua faktor lain sama
     maka semakin besar daya rem  yang dihasilkan. 
c. Jumlah bidang gesek. Semakin besar jumlah bidang kontak bersama antara dua benda, semakin
    besar jumlah gesekan yang dihasilkan. 
Sistem pengereman kendaraan menggunakan bidang kontak sebesar mungkin. Semakin besar bidang kontak dari sepatu rem atau pad , semakin berkurang  panas yang dihasilkan pada sepatu rem atau pad. Semakin sedikit panas memungkinkan  rem lebih efisien.

2. Panas dan bidang gesek rem (Brake Linings).
    Permukaan gesekan kampas rem  adalah sangat penting, kampas rem menghasilkan gesekan langsung pada permukaan gesek lain, baik rem tromol atau cakram. Kampas rem dan materi bidang gesek rem harus memiliki karakteristik khusus, antara lain :
 Rem tromol atau cakram harus dapat membuang panas dengan mudah.
 Menahan bentuknya di bawah panas yang sangat tinggi.
 Menahan perubahan suhu yang cepat, menahan kebengkokan dan distorsi.  Oleh karena itu, tromol
    dan cakram biasanya terbuat dari besi atau baja dikombinasikan dengan aluminium. Kampas rem
    harus lebih lembut dari pada tromol  atau cakram. Sedangkan kampas rem terbuat dari bahan
    organik, partikel logam, dan mineral lainnya menjadi satu kesatuan.
    Catatan: Selama bertahun-tahun, asbes umumnya digunakan dalam kampas rem. Asbes  adalah
    senyawa menyebabkan kanker.
 Jika koefisien gesekan terlalu besar, rem terlalu sensitif, dapat menyebabkan kendaraan mudah
    selip.
 Jika koefisien gesekan terlalu rendah, rem membutuhkan tekanan yang berlebihan. Rem dengan
    tekanan yang berlebihan menimbulkan panas berlebihan yang bisa mengakibatkan kegagalan
    sistem rem.

3. Berat dan Kecepatan. 
Semakin berat kendaraan yang bergerak, semakin banyak energi kinetik yang dimilikinya. Sistem rem harus mengubah energi kinetik menjadi panas, sehingga setiap peningkatan berat kendaraan semakin besar permintaan  gaya rem. Karena itu Rem pada kendaraan kelebihan beban menjadi tidak efektif  karena terlalu panas. Ketika kecepatan kendaraan meningkat, rem harus mengkonversi empat kali jumlah energi kinetik menjadi panas. Kecepatan sangat meningkat permintaan gaya rem juga meningkat. Kombinasi kecepatan  dan berat  yang berlebihan dapat menyebabkan rem kendaraan melampaui batas kinerja rem, yang mengakibatkan kerugian serius tenaga pengereman. 

4. Gesekan antara ban dan Jalan
Titik dimana kontak ban kendaraan dengan jalan disebut jejak ban. Perubahan jejak ban mempengaruhi kemampuan kendaraan untuk berhenti. Berikut adalah faktor yang mempengaruhi jejak ban. 
a. Semakin besar diameter ban, semakin besar telapak. Sebagai aturan umum, bahwa semakin besar
    diameter ban, diperlukan gaya rem yang lebih besar dan semakin lebar ban, juga diperlukan
    kekuatan pengereman lebih besar untuk menghentikan kendaraan. 
b. Berat kendaraan berlebihan dapat mendistorsi telapak ban dan dengan demikian mengurangi
    pegangan ban di jalan. Ban yang tidak bisa menahan jalan dapat mengurangi kemampuan
    kendaraan untuk berhenti. Kecepatan kendaraan yang tinggi, juga dapat menyebab kendaraan
    terangkat karena factor aerodinamis.  Lifting dapat mengurangi pegangan ban di jalan dan
    mengurangi kemampuan kendaraan untuk berhenti.
c. Untuk mengontrol kendaraan, cengkeraman harus tetap ada pada tapak ban. Jika hal ini hilang,
    kendaraan berada di luar kendali.. Oleh karena itu, tenaga pengereman akan  berkurang jika rem
    mengunci roda (blokir).. Jika sistem rem terlalu mudah mengkunci roda (roda blokir), secara
    signifikan mengurangi gaya pengereman dan kontrol kendaraan.

B. Rem Tromol.
Sebuah unit rem tromol terdiri dari dua sepatu rem yang terpasang pada backing plate. Ketika pedal rem ditekan, silinder roda hidrolik  akan mendorong sepatu keluar untuk menekan tromol yang berputar dan menimbulkan gesekan sehingga memperlambat kendaraan.  Ketika pedal dibebaskan, pegas pengembali menarik sepatu rem kembali ke posisi semula
1. Komponen rem tromol.
a. Tromol
Tromol berputar bersama-sama dengan roda. Dalam beberapa sistem rem, tromol merupakan hub roda dan bantalan roda. Tromol harus bulat sempurna dan konsentris dengan poros. Pedal rem akan bergetar jika tromol tidak  bulat sempurna atau nonconcentric dengan spindle atau poros.  Alur-alur pada permukaan dalam tromol (bidang gesek) akan terbentuk kerena gesekan, tromol beralur mengekbatkan koefisien gesek berkurang. Tromol juga harus dapat menyerap dan menghilangkan sejumlah  panas yang timbul akibat gesekan.
Kebanyakan tromol rem ditandai dengan dimensi yang menunjukkan batas maksimum pembubutan. Batas ini disebut diameter maksimum atau diameter buang. Dimensi ini dituang atau tertera pada saat tromol terbentuk. 
b. Sepatu rem.
Ketika pengemudi menekan pedal rem, tekanan hidrolik dari  silinder roda menekan sepatu rem , dan seterunnya menekan tromol  rem, sehingga menghasilkan gesekan yang mengubah energi kinetik menjadi panas. Sepatu rem  berbentuk busur menyesuaikan  dengan permukaan tromol rem. Kampas rem berbahan  khusus  terikat (dilem) atau terpaku pada sepatu rem.
Kode tepi.
 SAE  ( The Society of Automotive Engineers) mengembangkan sistem identifikasi gesekan pada kanvas rem dan balok rem. Terdiri dari dua huruf , yang disebut ' Kode tepi ' yang tertera pada sisi kanvas rem.  Kode huruf pertama merupakan ' koefisien gesekan normal, ' ditentukan oleh rata-rata empat titik pada kurva  fade pada metode uji bahan rem J661 ( " Chase Machine " ) , diukur pada temperature 200 , 250 , 300 dan 400 ° F. Yang kedua disebut ' koefisien gesekan panas. "Itu rata-rata 10 poin eksperimen - ditentukan dari tes yang sama : 400 dan 300°F pada uji pertama, 450 , 500 , 550 , 600 , dan 650 ? pada segmen kedua 500 , 400 , dan 300 ' F pada segmen kedua.
       Kode               Koefisien Gesek
          C                            0.15 
          D                        > 0.15 - 0.25
          E                        > 0.25 - 0.35
          F                        > 0.35 - 0.45
         G                        > 0.45 - 0.55
         H                        > 0.55
         Z                  Tidak diklasifikasikan
c. Silinder roda. (Wheel cylinder) 
    Ketika pengemudi menginjak pedal rem, tekanan hidrolik dari master silinder bergerak ke silinder      roda. Dalam silinder roda, tekanan hidrolik menyebabkan seal piston untuk mendorong piston.            Tindakan dari tekanan hidrolis silinder memaksa sepatu rem terhadap tromol. Ketika sopir                  melepaskan pedal rem dari injakan, hal ini mengurangi tekanan hidrolik. Pegas pengembali sepatu      rem kemudian menarik sepatu rem kembali ke posisi semula. Silinder roda terhubung ke master          silinder melalui serangkaian pipa baja dan selang karet khusus tekanan tinggi. Silinder roda                dibautkan  pada backing plate rem. Setiap silinder roda memiliki katup penguras yang                          memungkinkan dapat membuang udara dari silinder roda. Silinder roda ada tiga jenis, yaitu : 
      Silinder roda satu piston. 
      Silider roda dua piston. 
      Slinder roda bertingkat. 
 Silinder roda terdiri dari bagianbagian berikut ini : 
    1. Cylinder                2. Pistons          3. Lip seal piston cups          4. Expander spring assembly 
    5. protective dust covers         6. Actuating pins (some models)     7. Bleeder valve 
d. Anchors. 
Anchor adalah bagian sistem rem tromol terpasang pada backing plate  menjadi tumpuan dari sepatu rem. Anchor  menanggung semua kekuatan  sepatu rem tromol.  
Beberapa sistem non-servo menggunakan dua anchor tiap roda, satu untuk masingmasing sepatu rem. 
Perangkat pemegang sepatu rem seperti pegas dan pin yang memegang sepatu rem terhadap backing plate. Hal ini memungkinkan sepatu rem untuk meluncur ke luar menekan tromol ketika pengemudi menginjak rem. 
e. Backing Plate. 
 Backing Plate adalah cakram baja yang  terpasang ke rumah poros atau axle housing dan tidak bisa berputar.
Backing Plate merupakan  landasan untuk sistem rem tromol, dimana anchor  dan silinder roda, sepatu rem,  pegas pengembali dan termasuk beberapa penyetel (adjuster), terpasang  ke backing plate. Backing Plate merupakan  bantalan di mana sepatu rem dapat bergerak
f. Pegas sepatu rem (Brake Shoe Springs). 
Dua jenis utama dari pegas pemegang sepatu rem  tromol. Pegas ini betugas memegang sepatu rem terhadap backing plate, sementara pada saat yang sama memungkinkan sepatu rem untuk bergerak saat rem dioprasikan.  Coil Spring Pegas pemegang sepatu rem jenis coil spring terdiri dari pin bulat, pegas spiral, dan cincin. Salah satu ujung pin dibentuk menjadi bentuk pipih dan ujung lainnya diratakan. Pin ini diinstal melalui lubang di backing plate dan lubang di sepatu rem. Pin melewati coil spring dan cincin diinstal melalui sepatu rem.
 g. Pegas pengembali sepatu rem. 
Pegas pengembali sepatu rem selalu jenis pegas coil.  Pegas yang terhubung antara sepatu rem dan dudukan stasioner atau dari satu sepatu rem ke sepatu rem yang lain . Fungsi pegas pengembali sepatu rem adalah untuk mengembalikan sepatu rem ke posisi dimana silinder roda tidak di oleh tekanan hidrolik. Ketika tekanan hidrolik silinder roda mendorong sepatu rem untuk luar menekan tromol . Pada saat yang sama , pegas  membentang karena pergerakan sepatu rem. Ketika pedal rem dibebaskan dari injakan , silinder roda kehilangan tekanan hidrolik . Dengan demikian , pegas menarik sepatu rem ke posisi semula , dan mendorong piston silinder roda ke posisi belum ditekan . Beberapa majelis rem tromol memiliki tambahan pegas pengembali yang terpasang di antara dua sepatu rem dengan tujuan untuk membantu mengembalikan sepatu rem dan juga menjaga keselarasan antara sepatu dan dudukan . Pegas pengembali kadang-kadang diberi kode warna untuk menunjukkan perubahan model atau untuk mengidentifikasi  ketika akan memasang ulang. 
 h. Anti-Rattle Springs/Pegas anti getar. 
Pegas anti getar yang digunakan dalam majelis rem tromol adalah untuk mengurangi  getaran dan suara mengeklik. Caranya yaitu dengan memberikan  sedikit tegangan pegas antara dua bagian. 
Ketegangan ini menghilangkan kelonggaran dan menjaga bagian dari kekocakan satu sama lain. Kebanyakan pegas anti-bergetar  adalah jenis coil springs. 
 i. Unit penyetel
Hampir semua rem tromol modern menggunakan beberapa bentuk penyetel (adjuster) berupa roda bintang (roda bergerigi). Pada banyak sistem, adjuster roda bintang ditempatkan di bagian bawah unit sepatu rem, dengan silinder roda  di atas. Pada beberapa sistem rem tromol, adjuster, yang ditempatkan di bagian atas, langsung di bawah roda silinder, dengan bagian bawah penahan sepatu rem.
 Desain roda bintang disebut adjuster/penyetel mengambang, karena tidak bertumpu ke backing plate dan dapat bergerak bersama dengan sepatu rem. Adjuster roda bintang dapat berubah secara manual untuk menyesuaikan jarak (clearance) antara sepatu rem dengan tromol.  Semua roda bintang digunakan pada kendaraan modern dioperasikan oleh adjuster linkage secara otomatis.  Sebuah unit penyetel  terdiri dari tiga bagian utama yaitu :  roda bintang , pivot nut , dan soket . Memutar roda bintang menyebabkannya ulir akan dalam atau keluar dari kacang pivot. Hal ini membuat unit penyetel memanjang atau memendek , tergantung ke arah mana roda bintang diaktifkan/diputar. Roda Bintang yang berulir yang berbeda untuk roda kiri dan kanan , dan ditandai dengan huruf L atau R. Ini menunjukkan apakah adjuster harus dipasang di sisi kiri atau kanan kendaraan.  Jenis-jenis konstruksi roda bintang penyetel antara lain :
a. Cable Adjusters.
b. Link Adjuster.
c. Lever Adjuster.
d. Ratchet Adjusters.

Selfenergizing Efect. Beberapa factor yang dapat meningkatkan efek pengereman diantaranya adalah menekan pedal rem lebih keras, konstruksi penahan sepatu rem  dan arah rotasi tromol. Faktor yang terakhir dari faktor-faktor ini disebut selfenergizing efek dari sepatu rem.
 Ketika sepatu menekan tromol pada saat tromol berputar, gesekan pada titik di mana kontak bidang gesek tromol dengan kanvas sepatu rem akan mencoba untuk menarik sepatu rem ke dalam tromol. 
Hal ini akan berakibat sepatu rem akan semakin kuat menekan tromol. Semakin cepat kendaraan bergerak, semakin besar tromol rotasi, dan semakin besar efek penekanan. Kondisi tersebut dinamakan  self-energizing effect pada rem tromol.

2. Jenis-jenis rem tromol. 
Rem tromol dalam garis besar dibedakan dalam dua kelompok yaitu : Rem tromol Non servo dan Rem tromol servo.
 a. Rem tromol Non servo.
     Rem tromol non-servo digunakan pada kendaraan yang lebih kecil,
     dengan frontwheel drive. Pada kendaraan ini, rem belakang hanya menerima sebagian kecil dari
     beban pengereman dan dapat dirancang lebih sederhana. Rem nonservo menggunakan jenis yang
     sama dari silinder roda sebagai penekan sepatu rem. Tekanan silinder roda mendorong kedua
     sepatu rem ke luar. Sepatu depan terdapat selfenergizing karena mendapat pengaruh dari putaran
     tromol (gerakan sepatu rem searah dengan putaran tromol) disebut dengan sepatu rem primer atau
     liading. Namun,  sepatu rem belakang menekan tromol dan berlawanan arah dengan putaran
     tromol sehingga tidak memiliki self-energizing. Sepatu rem belakang  bekerja hanya dengan
     tekanan hidrolik silinder roda belakang. Jika kendaraan bergerak mundur terjadi hal yang
     sebaliknya.
      Leading-Trailing/Simplek.
         Cara kerja rem tromol tipe leading-Trailing jauh lebih sederhana daripada sistem yang lain.
         Ketika pedal rem ditekan silinder roda mendorong dengan tekanan yang sama pada setiap
         sepatu rem. Pada gilirannya, hal ini memaksa bagian atas setiap sepatu luar menuju tromol, dan
         masing-masing sepatu rem bertumpu  pada penahan (anchor) yang terletak di bagian bawah
         dari bakcking plate. 
         Gesekan tromol  menarik sepatu ren yang depan (leading) sehingga akan lebih kuat menekan
         tromol yang merupakan  kekuatan bantuan pada silinder roda.
        Sepatu sekunder tidak terdapat self-energizing sehingga tidak memberikan  gaya pengereman
        tambahan pada silinder roda. Ketika tromol berputar kearah sebaliknya, maka akan hal yang
        sebaliknya. Dalam sistem leading-trailing  kampas rem primer dan sekunder biasanya  bentuk
        dan ukuranya sama.
     Two Leading/Duplek. 
        Rem tromol non-servo tipe two leading digunakan pada kendaraan yang kecil atau besar pada
        roda depan. Pada rem roda depan menerima tambahan sebagian beban roda belakang  pada saat
        kendaraan di rem.. Tekanan silinder roda mendorong kedua sepatu rem ke luar. 
        Jika tromol berputar kea rah maju kedua sepatu rem terdapat self-energizing karena mendapat
        pengaruh dari putaran tromol (gerakan sepatu rem searah dengan putaran tromol) keduanya
        menjadi sepatu leading/primer. Namun pada saat tromol berputar kea rah mundur maka kedua
        sepatu rem menjadi trailing/sekunder semua karena berlawanan arah dengan putaran tromol
        sehingga tidak memiliki self-energizing. Pada saat kendaraan bergerak mundur maka kedua
        sepatu rem  bekerja hanya dengan tekanan hidrolik silinder roda.
        Dalam sistem two-leading  kampas rem primer dan sekunder biasanya  bentuk dan ukuranya
        sama. 
     Duo two leading.
        Pada rem servo kedua sepatu primer dan sekunder berkontribusi terhadap proses pengereman.              Sistem rem servo menggunakan piston silinder roda piston tunggal (servo) atau menggunakan
        slinder roda dengan piston ganda (duo servo), yang terpasang di bagian atas dari backing plat.              Bagian bawah sepatu rem (dudukan sepatu rem) tidak melekat pada backing plate . Sebaliknya ,
        sepatu yang terhubung melalui penyetel roda bintang yang mengambang.
        Rem tromol tipe duo two leading adalah hampir sama dengan tipe two leading akan tetapi tipe
        duo two leading menggunakan dua silinder roda masing-masing dengan dua piston dengan
        demikian semua sepatu rem memiliki self-energizing efek baik kendaraan bergerak maju
        atupun mundur.
     Rem tromol servo (silinder roda satu piston.) 
        Ketika pedal rem ditekan , kedua sepatu dipaksa keluar terhadap rotating tromol rem dengan
        piston silinder roda . Ketika sepatu primer menekan ke dalam tromol, ia terpengaruh putaran
        tromol. 
        Rotasi ini diteruskan ke sepatu sekunder melalui floating penyetel roda bintang yang 
        mengambang .  Kekuatannya transfer ini disebut tindakan servo . Tindakan Servo menyebabkan
        sepatu sekunder  bergerak, karena bagian ujung lainya tertahan oleh sebuah penahan, maka rem
        akan menjadi macet. Efek self-energizing akan muncul pada keduan sepatu rem  pada saat
        kendaran berjalan maju, sedangkan pada saat kendaraan bergerak mundur maka kedua sepatu
       rem tidak mempunyai efek self-energizing.
  Rem tromol duo servo (silinder roda dua piston) 
     Cara kerja  rem tromol tipe duo servo adalah sama dengan rem tromol tipe servo dengan
     perbedaannya adalah : Tipe duo servo menggunakan silinder roda dengan dua piston dengan
     demikian baik kendaraan bergerak maju atau mundur efek self-energizing akan muncul pada
     kedua sepatu rem.

3. Mekanisme Rem Parkir.
    Rem parkir beroperasi secara independen dari sistem rem hidrolik. Ketika mengaktifkan
    tuas/pedal, kabel meregang (mengencang) erat ke rem belakang dan mengunci rem terhadap
    permukaan gesek tromol.  Ada tiga tipe cara pengoperasin rem parkir, yaitu :
    Standar Keselamatan Kendaraan mengharuskan rem parkir mampu menahan kendaraan berhenti
    pada tingkat kemiringan 30 derajat. Sistem rem parkir di sebagian besar kendaraan dioprasikan
    menggunakan tangan atau kaki, rem parkir bekerja pada roda belakang.

C. Rem Cakram./Disc Brake
Rem cakram yang digunakan pada kendaraan modern umumnya pada roda depan, sementara ada juga yang mengunakan rem cakram untuk rem roda depan dan belakang. Keuntungan dari rem cakram dibanding dengan rem tromol adalah:
1. Pendinginan yang baik.
2. Mengurangi rem monting.
Penyetelan secara otomatis
1. Cakram berputar bersama roda.
2. Caliper assembly (Unit Kaliper) terpasang pada knucle steering.
3. Brake pad (balok rem) terpasang pada kaliper.
Sistem rem harus dapat menghilangkan jumlah besar panas yang dihasilkan. Rem cakram dapat membuang panas lebih cepat dari pada rem tromol. Beberapa rotor/cakram berventilasi, sehingga dapat memungkinkan udara untuk bersirkulasi di antara permukaan gesekan dan membuang  panas lebih efisien.  Ketika tekanan hidrolik bekerja pada piston caliper, hal ini akan menekan  pad untuk menekan disk. Kekuatan pengereman  dihasilkan oleh gesekan antara bantalan disk karena rotor/cakram. Karena cara kerja rem cakram adalah menjepit cakram maka pada rem cakram tidak ada self-energizing efek sebagai mana pada rem tromol. Permukaan gesekan terus-menerus terkena udara, hal ini juga memungkinkan untuk membersihkan diri dari debu dan air, dan akan mengurangi perbedaan gesekan.

- Komponen rem cakram
a. Rotor/Cakram
Pada umumnya, rotor/cakram terbuat dari besi cor,  berbentuk  solid atau berventilasi. 
Jenis cakram berventilasi memiliki sirip pendingin yang berguna untuk melemparkan udara melalui celah tengah untuk memastikan pendinginan yang lebih baik.

Pendingin yang baik mencegah sistem rem mengalami penurunan daya pengereman. Beberapa cakram berventilasi memiliki sirip spiral yang menciptakan aliran udara lebih banyak dan pendinginan yang lebih baik. Sirip spiral cakram terarah sehingga pemasangannya pada pada sisi tertentu kendaraan (tidak boleh tertukar posisi).
Jenis cakram padat dipakai pada rem cakram roda  belakang  atau pada rem cakram roda depan pada kendaraan model lama. Model cakram ini tidak memiliki sirip-sirip pendingin sehingga cakram ini dipakai untuk roda yang tidak membutuhkan gaya rem yang besar. 
Cakram  jenis ketiga adalah cakram yang digabungkan dengan tromol untuk rem parkir.
Cakram harus dipelihara karen toleransi keolengan yang sangat kecil. Cakram  yang memiliki run-out lateral yang terlalu besar atau memiliki variasi ketebalan yang berlebihan (ketebalan yang berbeda di sekitar rotor) dapat menyebabkan getaran dan pedal akan gemetar saat pengereman.
b.  Mengukur run-out lateral rotor.
Panas yang berlebihan dapat menyebabkan cakram untuk melengkung. Run-out, dapat menyebabkan masalah pengereman dan harus diukur untuk menentukan apakah membubut cakram diperlukan.
c. Mengukur variasi ketebalan rotor. 
Cakram harus diukur untuk variasi ketebalan jika pelanggan mengalami masalah dengan pedal rem bergetar atau berdenyut. Variasi ketebalan dapat disebabkan oleh pemanasan yang berlebihan dan pendinginan dengan cepat.
d. Kaliper. 
Kaliper, disebut juga silinder atau rumah piston, dan  terpasang pada steering knuckle atau pembawa roda. Ada dua jenis caliper yaitu  floating caliper (kaliper luncur) dan fixed caliper (caliper tetap).
 Fixed caliper (kaliper tetap).
    Desain caliper tetap memiliki piston yang terletak di kedua sisi caliper memberikan kekuatan yang      sama untuk setiap pad. Konfigurasi caliper bisa memasukkan satu atau dua piston di setiap sisi.     
    Kemampuan untuk menyertakan beberapa piston memberikan gaya pengereman yang lebih besar
    dan desain yang kompak. Konstruksi ini menyerap dan menghilangkan lebih banyak panas.
    Desain ini mampu menahan beban pengereman yang lebih besar.
 Floating caliper (kaliper luncur). 
    Floating caliper didesain tidak hanya lebih ekonomis dan lebih ringan tetapi juga memerlukan
    sedikit komponen  dibanding dengan kaliper tetap. Tergantung pada aplikasi, floating caliper
    memiliki satu atau dua piston. Piston ini terletak hanya di salah satu sisi caliper.
    Tekanan hidrolik dari master silinder menekan  piston dan pada saat yang sama juga menekan
    dasar silinder. Hal ini menyebabkan piston bergerak ke kanan, dan caliper bergerak ke kiri.
e. Pad (bantalan rem).
Aplikasi desain rem yang berbeda membutuhkan berbagai jenis bahan gesekan yang berbeda pula.  Beberapa pertimbangan dalam pengembangan Pad (bantalan rem) adalah :
    a. Koefisien gesekan harus tetap konstan pada berbagai suhu.
    b. Pad (bantalan rem) tidak cepat habis.
    c. Pad (bantalan rem) harus tahan suhu tinggi tanpa terjadi penurunan koefisien gesek  dan harus
        mampu bekerja  tanpa kebisingan. 
Oleh karena itu , materi harus baik. Bahan yang dipakai untuk membuat pad (bantalan rem) terdiri dari :  a. Bahan koefisien gesek  yaitu : bubuk logam, pengikat , pengisi,  dan grafit.
          b. Bahan untuk penyebar panas yaitu :  serbuk logam seperti timbal, seng, kuningan,
              aluminium dan logam lain.
          c. Bahan perekat yaitu : Resin fenolik adalah pengikat yang paling umum digunakan saat ini. 
          d. Bahan Pengisi ditambahkan dalam jumlah kecil untuk mengurangi kebisingan yaitu chip
              karet.
Bahan pad rem terikat pada dudukan  pelat baja dipres dengan perekat suhu  dan tekanan tinggi. Celah  dibuat di muka pad untuk menunjukkan batas yang pemakaian pad yang diijinkan dan merupakan jalur untuk debu rem dan gas untuk dibuang. Dalam beberapa aplikasi plat yang disebut dengan shims, dipasangkan pada sisi piston dari pad untuk meminimalkan rem berdecit. 
Berbagai pegas dan klip digunakan untuk mengurangi kekocakan serta mengurangi kebisingan rem.  Shims dan plat harus diperiksa dari karat dan dapat digunakan kembali saat mengganti bantalan..
 Sebuah indikator keausan pad telah diterapkan pada beberapa model yang menghasilkan suara melengking  ketika pad yang dipakai telah habis. Tujuan dari indikator ini adalah untuk memperingatkan pengemudi dan mencegah kerusakan cakram rem.

Penyetelan otomatis jarak pad terhadap rotor.
 Rem cakram memiliki keuntungan antara lain penyetelan jarak antara cakram dengan pad dilakukan dengan sendirinya secara otomatis. Jarak Pad selalu dekat di sebelah cakram. Penyetelan ini dilakukan oleh  seal piston  yang berada di alur lubang silinder. Setiap terjadi keausan Pad secara otomatis diimbangi dengan luncuran piston caliper rem. Ketika rem dioprasikan, piston caliper bergerak keluar menuju rotor. Piston seal mengalami deformasi elastis seperti yang ditunjukkan di samping ini. Ketika pedal rem dilepas dan tekanan hidrolik berkurang, seal piston kembali ke bentuk aslinya, sambil menarik piston kembali ke posisi semula sebatas elastisitas seal.

Rem parkir. 
Banyak kendaraan rem roda belakang yang dilengkapi dengan rem cakram memerlukan aplikasi rem parkir.  Dua jenis yang paling umum dari rem parkir caliper adalah : Screw-and-nut dan Ball-and-ramp. 
a. Rem parkir tipe Screw-and-nut. 
Cara kerjanya  adalah berikut :  Kabel menggerakkan tuas rem parkir untuk memutar sekrup aktuator.  Sekrup aktuator terpasang pada mur dalam piston.  Jika sekrup berputar, maka mur akan bergerak ke luar dengan menekan bagian kerucut di dalam piston.  Piston menekan pad terhadap rotor. Pergerakan piston juga menyebabkan unit caliper meluncur dan menekan pad.  Sebuah penyetel dalam mur dan kerucut akan memutar mur luar saat rem parkir dilepaskan. 
b. Rem parkir tipe Ball-and-Ramp. 

 Tuas caliper berhubungan dengan poros di dalam caliper yang memiliki backing plate kecil di ujungnya. Backing plate kedua berhubungan dengan sekrup dorong di dalam piston caliper. Tiga bola baja memisahkan dua backing plate. Ketika rem parkir di oprasikan, tuas caliper memutar poros dan pelat. Permukaan landai pada  backing plate, menyebabkan bola ke luar terhadap permukaan landai di backing plate lain. Tindakan ini memaksa sekrup dorong dan piston luar menerapkan rem. Ketika rem tangan dilepaskan, mur penyetel di dalam piston berputar pada sekrup dorong untuk membebaskan rem parkir.
c. Gabungan tremol dengan cakram. 
Beberapa kendaraan model sekarang dengan keempat-rodanya rem cakram, maka sitem rem parkirnya menggunakan rem tromol yang lebih kecil berada di tengah-tengah cakram, yang dinamakan  “tromol in-hat”. Sistem ini terdiri dari  kabel yang berhubungan dengan sepatu rem yang berlaku terhadap tromol dalam bagian topi rotor. Dengan rem parkir tromol-in-hat, caliper belakang tidak harus melakukan layanan dan fungsi rem parkir. Sepatu rem parkir untuk sistem ini disesuaikan secara manual ketika diinstal dan, secara teoritis, seharusnya tidak perlu penyesuaian.


KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

KESELAMATAN DAN KESEHATAN  KERJA

Pendahuluan 
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang penting, karena dampak kecelakaan dan penyakit kerja tidak hanya merugikan juga membahayakan baik secara langsung maupun tidak langsung. Keselamatan kerja berarti proses merencanakan dan mengendalikan situasi yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja melalui persiapan prosedur operasi standar yang menjadi acuan dalam bekerja.
Perilaku yang tidak aman dalam melaksanakan pekerjaan diantaranya sebagai berikut:
 (1) sembrono dan tidak hati – hati;
 (2) tidak mematuhi peraturan;
 (3) tidak mengikuti standar prosedur kerja;
 (4) tidak memakai alat pelindung diri dan
 (5) kondisi badan yang lemah.
Cara efektif untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja adalah dengan menghindari terjadinya lima perilaku tidak aman tersebut.
Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan praktikan dan orang di sekelilingnya, alat pelindung diri yang digunakan terdiri dari:
 (a) Alat Pelindung Kepala; adalah untuk menghindari pekerja dari berbagai kejadian yang 
      membahayakan dari bahaya terbentur oleh benda tajam atau keras yang dapat menyebabkan luka
 (b) Alat Pelindung mata; alat pelindung mata berfungsi untuk melindungi mata dari percikan bahan
      bakar, kemasukan debu atau partikel kecil yang melayang di udara, pemaparan gas atau uap yang
      dapat menyebabkan iritasi, radiasi dan pukulan maupun benturan benda-benda keras atau tajam.
 (c) Alat Pelindung Telinga; alat pelindung ini bekerja sebagai penghalang antara sumber bising
      dengan telinga dalam. Selain itu alat ini dapat juga berfungsi untuk melindungi telinga dari
      masuknya benda asing ke dalam telinga.
(d) Alat Pelindung Pernafasan/masker; masker untuk melindungi debu dan partikel-partikel bahan
     bakar yang lebih besar yang masuk ke dalam pernapasan.
(e) Sepatu; berguna untuk melindungi kaki dari bahaya kejatuhan benda/alat kerja, percikan api,
     bahan kimia, dll
(f) Pakaian kerja; berguna untuk menutupi seluruh atau sebagian dari badan dari bahaya percikan api,
     suhu dingin, cairan kimia, minyak, dll.

1. Konsep Dasar Keselamatan Dan Kesehatan Kerja 
Sistem Manajemen K3 wajib diterapkan oleh setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih; perusahaan yang mempunyai potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja. Berdasarkan Pasal 4 Permenaker tentang Sistem Manajemen K3, terdapat 5 (lima) ketentuan yang harus perusahaan/pengusaha laksanakan, yaitu:
a) menetapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dan menjamin komitmen terhadap
    penerapan Sistem Manajemen K3;
b) merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan k3;
c) menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif dengan mengembangkan
    kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan dan
    sasaran k3;
d) mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja keselamatan dan kesehatan kerja serta melakukan
    tindakan perbaikan dan pencegahan; 
e) meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan Sistem Manajemen K3 secara
    berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja K3;

2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Lab/Bengkel
Dalam laboratorium/Bengkel diperlukan suatu panduan untuk keselamatan kerja dan keselamatan laboratorium/Bengkel harus ditempatkan di tingkatan prioritas tertinggi dan setiap pratikan bertanggung jawab akan laboratorium yang aman. Pada tahap awal penerapan K3 di laboratorium terdapat beberapa hal yang harus diketahui, yaitu:
 kegiatan yang akan dilakukan di laboratorium, 
 bahan-bahan yang terdapat di laboratorium baik bahan kimia, biologi, tekstil,
 fasilitas dan peralatan proses yang tersedia di laboratorium,
 fasilitas dan peralatan K3 yang tersedia di laboratorium.
Dalam rangka mendukung penerapan K3 di laboratorium maka diperlukan suatu peraturan khusus tentang K3. Adapun peraturan yang dapat diterapkan antara lain:
a. Melaksanakan pembelajaran di laboratorium hanya ketika ada dosen/instruktur atau
    pengawas/teknisi, dan tidak diijinkan mengadakan percobaan laboratorium yang tidak diijinkan.
b. Perhatian untuk keselamatan sudah dimulaui bahkan sebelum melaksanakan aktivitas pertama
    dalam pembelajaran di laboratorium. Oleh karenanya setiap pratikan harus sudah membaca dan
    memikirkan tugas laboratorium masingmasing sebelum pembelajaran dimulai.
c. Mengetahui letak penempatan dan penggunaan dari semua fasilitas dan peralatan K3 di
    laboratorium seperti kotak P3K, pemadam api, shower, pencuci mata, wastafel.
d. Memakai celemek atau mantel laboratorium, sepatu, dan lebih baik gunakan pengikat rambut, serta
    alat lain yang dapat dijadikan pelindung diri dalam kerja. Jika pembelajaran di laboratorium kimia
    maka gunakan kaca mata.
e. Membersihkan meja kerja dari semua bahan tidak perlu seperti buku dan tas sebelum pekerjaan
    dimulai.
f. Jika berhubungan dengan bahan kimia (di laboratorium kimia), periksalah label bahan kimia
    sebanyak dua kali untuk meyakinkan bahwa bahan kimia yang akan digunakan memnyai unsure
    yang benar dan sesuai dengan pekerjaan yang akan dilakukan. Hal ini perlu dilakukan mengingat
    beberapa bahan kimia mempunyai rumusan dan nama yang berbeda hanya dalam satu nama dan
    nomor. Perhatikan penggolongan resiko yang ada pada label dan perhatikan juga diagram resiko
    serta maksud dari angkaangka yang tertera pada tabel diagram resiko.
g. Hindari pergerakan dan pembicaraan yang tidak perlu di dalam laboratorium 
h. Jangan pernah mencicipi bahan yang ada di laboratorium (terutama di Laboratorium Kimia).
    Sebaiknya tidak makan dan minum di dalam laboratorium.
 i. Khusus di Laboratorium Kimia, jangan pernah melihat secara langsung kedalam suatu tabung tes.
    Pandangilah dari samping.
j. Setiap kecelakaan, meskipun itu kecil, harus dilakporkan dengan seketika kepada teknisi atau
   guru/dosen.
k. Dalam hal suatu bahan kimia tertumpahkan pada pakaian atau kulit, bilaslah area yang terkena
    dengan air yang banyak. Apabila bahan kimia mengenai mata, bersihkanlah seketika dengan water-
   washing selama 10 - 15 menit atau sampai diperoleh bantuan medis secara profesional.
l. Membuang bahan sisa kerja harus sesuai perintah dan dilakukan dengan hatihati terutama bahan
   kimia. 
m. Kembalikan semua peralatan pelindung diri pada tempat yang telahditetapkan
n. Sebelum meninggalkan laboratorium, pastikan mesin dan listrik dalam kondisi mati.

3. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 
Pada prinsipnya sasaran atau tujuan dari K3 adalah :
a. Menjamin keselamatan operator dan orang lain
b. Menjamin penggunaan peralatan aman dioperasikan
c. Menjamin proses produksi aman dan lancar

Sedangkan tujuan keselamatan kerja menurut Suma’mur, (1985:1) adalah sebagai berikut:
a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas masyarakat.
b. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada ditempat kerja. 
c. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

Sementara itu, peraturan perundangan No. I tahun 1970 Pasal 3 tentang keselamatan kerja ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan;
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian
    lain yang berbahaya;
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan;
f. Memberi alat-alat pelindung diri pada para pekerja;
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran,
    asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran;
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physic maupun psychis,
    peracunan, infeksi dan penularan.
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya;
n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang;
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang;
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi. (Tia , Setiawan dan Harun, 1980:11-12) 

4. Jenis Alat Pelindung Diri 
Jenis APD adalah banyak macamnya menurut bagian tubuh yang dilindunginya (Suma’mur PK, 1989: 296). Penggunaan alat pelindung diri di laboratorium/perusahaan ditentukan berdasarkan kesesuaian dengan potensi bahaya yang ada. Beberapa alat pelindung diri yang dapat dipilih sesuai jenis dan tempat kerja antara lain (http://id.wikipedia.org/wiki/alat_pelindung_diri):
 a. Kaca Mata Pengaman (Safety Glasses). Berfungsi sebagai pelindung mata ketika bekerja
     (misalnya mengelas).
b. Penutup Telinga (Ear Plug / Ear Muff). Berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja di
     tempat yang bising.
c. Safety Helmet. Berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa mengenai kepala secara
    langsung.
d. Tali Keselamatan (safety belt). Berfungsi sebagai alat pengaman ketika menggunakan alat
     transportasi ataupun peralatan lain yang serupa (mobil, pesawat, dan alat berat)
e. Sepatu Karet (sepatu boot). Berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja di tempat yang becek
    ataupun berlumpur. Kebanyakan di lapisi dengan metal untuk melindungi kaki dari benda tajam
    atau berat, benda panas, cairan kimia.
f. Sepatu pelindung (safety shoes). Seperti sepatu biasa, tapi dari bahan kulit dilapisi metal dengan
    sol dari karet tebal dan kuat. Berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki
    karena tertimpa benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia.
g. Sarung Tangan. Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau situasi
    yang dapat mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan bentuk sarung tangan di sesuaikan dengan
    fungsi masing-masing pekerjaan.
h. Tali Pengaman (Safety Harness). Berfungsi sebagai pengaman saat bekerja di ketinggian.
    Diwajibkan menggunakan alat ini di ketinggian lebih dari 1,8 m. 
i. Masker (Respirator). Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat
   dengan kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun).
j. Pelindung wajah (Face Shield). Berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan benda asing saat
   bekerja (misal pekerjaan menggerinda)
k.  Jas Hujan (Rain Coat). Berfungsi melindungi dari percikan air saat bekerja (misal bekerja pada
    waktu hujan atau sedang mencuci alat).

Semua jenis APD harus digunakan sebagaimana mestinya, gunakan pedoman yang benar-benar sesuai dengan standar keselamatan kerja. Sementara dalam Nurseha (2005), disebutkan beberapa APD yang dapat digunakan dalam pekerjaan di bidang otomotif  atau ketika pembelajaran di laboratorium otomotif. Alatpelindung tersebut antara lain:
a. Alat pelindung kepala. Jenis alat pelindung kepala seperti topi pelindung, helmet, dan caping.
    Sedangkan manfaat dari alat pelindung kepala adalah:
    1) Melindungi rambut pekerja supaya tidak terjerat mesin yang berputar
    2) Melindungi kepala dari panas radiasi, api, percikan bahan kimia
    3) Melindungi kepala dari benturan dan tertimpa benda
b. Alat pelindung telinga. Alat pelindung telinga digunakan untuk mengurangi intensitas suara yang
    masuk kedalam telinga (melindungi dari kebisingan). Disamping itu, dapat juga berfungsi untuk
    melindungi pemakainya daribahaya percikan api atau logam panas terutama pada alat pelindung
    telinga jenis tutup telinga (ear muff). Terdapat 2 (dua) jenis alat pelindung telinga yaitu sumbat
    telinga (ear plug) dan tutup telinga (ear muff) yang lebih efektif dibandingkan sumbat telinga
    (Septina, 2006).
c. Alat pelindung badan (baju pengaman/baju kerja). Baju kerja merupakan salah
    satu jenis dari baju pengaman sebagai alat pelindung badan. Alat ini berguna untuk melindungi
    seluruh atau sebagian tubuh dari percikan api, panas, dingin, cairan kimia dan oli. Bahan baju
    kerja dapat terbuat dari kain drill, kulit, plastik, asbes atau kain yang dilapisi aluminium.
 d. Alat pelindung pernapasan. Alat pelindung pernapasan merupakan alat yang berfungsi untuk
    melindungi pernafasan dari gas, uap, debu, atau udara yang terkontaminasi di tempat kerja yang
    bersifat racun, korosi maupun rangsangan (Septina, 2006). Alat pelindung pernafasan dapat
    berupa masker dan respirator. Masker berguna mengurangi debu atau partikel-partikel yang lebih
    besar yang masuk kedalam pernafasan. Masker ini biasanya terbuat dari kain. Sedangkan
    respirator berguna untuk melindungi pernafasan dari debu, kabut, uap logam, asap dan gas.
    Respirator dapat dibedakan atas chemical respirator, mechanical respirator, dan cartidge/canister
    respirator dengan Salt Contained Breating Apparatus (SCBA) yang digunakan untuk tempat kerja
    yang terdapat gas beracun atau kekurangan oksigen serta air supplay respirator yang memasok
    udara bebas dari tabung oksigen.
e. Alat pelindung tangan. Jenis alat pelindung tangan seperti sarung tangan/gloves, mitten/holder,
    pads. Alat pelindung ini dapat terbuat dari karet, kulit, dan kain katun. Sedangkan manfaat dari
    alat pelindung tangan adalah melindungi tangan dari temperature yang ekstrim baik terlalu
    panas/terlalu dingin; zat kimia kaustik; benda-benda berat atau tajam ataupun kontak listrik.
f. Alat pelindung mata. Alat pelindung mata diperlukan untuk melindungi mata dari kemungkinan
    kontak bahaya karena percikan atau kemasukan debu, gas, uap, cairan korosif, partikel melayang,
    atau terkena raidasi gelombang elektromagnetik. Terdapat tiga jenis alat pelindung diri mata yaitu
    kaca mata dengan atau tanpa pelindung samping (side shild), goggles, (cup type and box type) dan
    tameng muka (Septina, 2006).
   Sedangkan manfaat dari alat pelindung mata adalah:
     1) Melindungi mata dari percikan bahan kimia, debu, radiasi, panas, bunga api.
     2) Untuk melindungi mata dari radiasi
g. Alat pelindung kaki. Jenis alat pelindung kaki seperti sepatu karet hak rendah. Alat pelindung kaki
    dapat terbuat dari kulit yang dilapisi Asbes atau Chrom. Sepatu keselamatan yang dilengkapi
    dengan baja diujungnya dan sepatu karet anti listrik. Alat pelindung kaki (safety shoes) ini
    berfungsi melindungi kaki dari benturan/tusukan/irisan/goresan benda tajam, larutan bahan kimia,
    temperature yang ekstrim baik terlalu tinggi maupun rendah, kumparan kawat-kawat yang
    beraliran listrik, dan lantai licin agar tidak jatuh (terpeleset).

Manfaat APD bagi tenaga kerja/praktikan: 
1) Tenaga kerja/ praktikan dapat bekerja dengan perasaan lebih aman untuk terhindar dari bahaya-
     bahaya kerja
2) Dapat mencegah kecelakan akibat kerja
3) Tenaga kerja/ praktikan dapat memperoleh derajat kesehatan yang sesuai hak dan martabatnya
     sehingga tenaga kerja/ praktikan akan mampu bekerja secara aktif dan produktif.
4) Tenaga kerja/ praktikan bekerja dengan produktif sehingga meningkatkan hasil
    produksi/prakteknya. Khusus bagi tenaga kerja, hal ini akan menambah keuntungan bagi tenaga
    kerja yaitu berupa kenaikan gaji atau jaminan sosial sehingga kesejahteraan akan terjamin.
Manfaat APD bagi perusahaan:
1) Meningkatkan produksi perusahaan dan efisiensi optimal
2) Menghindari hilangnya jam kerja akibat absensi tenaga kerja
3) Penghematan biaya terhadap pengeluaran ongkos pengobatan serta pemeliharaan kesehatan tenaga
    kerja

Senin, 06 Agustus 2018

SISTEM STATER


SISTEM STATER
Hasil gambar untuk sistem starter mobil  Hasil gambar untuk sistem starter mobil

MOTOR STATER

Hasil gambar untuk sistem starter mobil  Hasil gambar untuk sistem starter mobil
             


FUNGSI DAN KEGUNAAN MOTOR STARTER
Motor starter berfungsi untuk memutarkan fly wheel (poros engkol) pertama kali sehingga mesin dapat hidup setelah itu terjadi siklus yang akan menghasilkan tenaga.

PRINSIP KERJA MOTOR STARTER

1. Medan Elektromagnetik
Dalam ilmu Fisika, medan elektromagnetik adalah suatu medan yang dibentuk dengan menggerakkan muatan listrik (arus listrik) yang menyebabkan munculnya gaya di muatan listrik yang bergerak lainnya.Arus mengalir melalui sepotong kawat membentuk suatu medan magnet (M) di sekeliling kawat.

2. Kaidah Tangan Kiri Fleming/Fleming Left Hand Rule
· Ibu jari menunjukkan arah gaya elektromagnetik
· Jari telunjuk menunjukkan arah medan magnet
· Jari tengah menunjukkan arah aliran arus listrik

BAGIAN – BAGIAN MOTOR STARTER
Motor Starter terdiri atas beberapa bagian yang memungkinkan bekerja untuk mengubah energi listrik DC dari baterai menjadi tenaga gerak untuk memutarkan fly wheel. Sehingga mesin hidup.
       Bagian-bagian Motor Starter:
  1. Saklar Starter (Selenoid )
  2. Kumparan Medan (Field Coil )
  3. Kumparan Jangkar
  4. Sikat Arang ( Brush )
  5. Armatur dan komutator
  6. Over running clutch dan roda gigi pinion
1) Saklar Starter ( Magnetic Switch )
Saklar starter bekerja sebagai switch utama untuk mengatur arus masuk ke kumparan medan (Field Coil) dan mengontrol gigi pinion dengan mendorong dan menariknya.
Terminal – terminal yang ada pada saklar starter :
· Terminal B : Mendapatkan arus langsung dari positif baterai (30)
· Terminal C : Menghubungkan/mengalirkan arus dari terminal B ke kumparan medan (field coil)
· Terminal ST (50) : Mendapatkan arus dari terminal ST (50) kunci kontak dan meneruskanya ke pull in coil (PIC) dan hold in coil (HIC) melalui plat kontak
2) Kumparan Medan ( Field Coil ) & Yoke
Arus dari baterai dialirkan ke kumparan medan yang terbungkus oleh pole core sehinggai hasilkan medan magnet. Yang dibutuhkan motor untuk beroperasi. Field coil dihubungkan dengan rmature coil secara seri melewati sikat arang (brush).
3) Kumparan Jangkar.
Armature (kumparan jangkar) membangkitkan gerak daya putar akibat dari perbedaan arah gaya gerak listrik yang ditimbulkan oleh kumparan medan. Ball bearing menopang putaran kecepatan tinggi dari angkur. Armatur meneruskan arus listrik dari kumparan medan ke angkur melalui sikat arang (brush).
4) Sikat dan Pemegang Sikat .
Empat sikat (brush) menyalurkan arus ke armature coil melalui commutator. Dua diantaranya ditopang oleh insulated holder dan dihubungkan ke commutator (disebut dengan brush positif (+)) , dan kedua brush lainnya ditopang oleh grounded holder dan dihubungkan ke commutator (disebut dengan brush negatif (-)) Sikat itu dibuat dari karbon tembaga, yang mempunyai daya konduksi tinggi dan tidak gampang aus. Pegas sikat menekan pada permukaan putaran armature dan menghentikan putaran armature tepat saat starter berhenti dengan menekan sikat.
5) Over Runing Clutch dan Roda Gigi Pinion.
Over Runing Clutch berfungsi untuk:
· Meneruskan putaran yang dihasilkan motor untuk menggerakkan fly wheel melalui roda gigi pinion.
· Menarik gigi pinion jika putaran gigi pinion lebih rendah daripada putaran fly wheel.
Gigi pinion meneruskan daya putar starter ke mesin dengan memutarkan ring gear. Helical spline mengubah daya berputar dari motor ke tuas pinion dan mendukung pertautan/pelepasan gigi pinion dari ring gear.



Hasil gambar untuk sistem starter mobil

MERAKIT SISTEM MOTOR STARTER

1. Komponen Sistem Starter
Motor Starter tidak dapat bekerja jika tidak ada sumber tenaga yang menggerakkannya. Sistem Starter adalah serangkaian komponen yang terkait satu sama lain untuk menghidupkan starter. Komponen – komponen sistem starter meliputi:
· Kunci kontak (ignition switch)
· Fuse ( fusibel link )
· Kabel penghubung
· Baterai
· Motor Starter
a.      Kunci Kontak :
Kelistrikan otomotif pada× Mobil menggunakan kunci kontak ( Ignition Swtch ) sebagai saklar utama yang menghubungkan semua sistem kelistrikan dengan sumber tenaga ( baterai )
Kunci kontak mempunyai beberapa posisi :
· Off : terputus dari sumber tegangan (baterai)
· ACC : Terhubung dengan arus baterai , tetapi hanya untuk kebutuhan acecoris
· ON / IG : Terhubung ke sistem pengapian (Ignition )
· START : untuk Start
b.      Sekering (Fuse) :
Sekering (fuse) berfungsi sebagai pembatas arus (pengaman) agar tidak terjadi kelebihan tegangan yang akan menyebabkan kerusakan pada setiap komponen sistem kelistrikan.
c.       Baterai :
Baterai berfungsi sebagai sumber arus DC (Searah) untuk semua sistem kelistrikan otomotif. Umumnya baterai yang digunakan sebagi sumber tenaga pada sistem kelistrikan otomotif mempunyai tegangan 12 Volt dan kapasitasnya berkisar 40 – 70 AH Baterai mempunyai 2 kutub yaitu kutub (+) dan kutub (-). Kutub (+) diberi kode 30 dan kutub (-) atau mas diberi kode 31.
d.      Kabel :
Kabel adalah konduktor yang dibungkus isolator dan berfungsi sebagai penghubung komponen – komponen sistem kelistrikan pada mobil, kabel dibedakan ukuran diameternya menurut penggunaanya. Kabel kecil digunakan untuk arus kecil dan kabel besar diguanakan untuk arus yang besar. Untuk penghubung pada sistem starter digunakan kabel yang cukup besar karena perlu arus yang besar.
             
             2.  Menghidupkan Motor Starter
Putar Kunci kontak ke posisi ST sampai motor starter berputar menggerakkan roda gigi fly wheel (engine hidup).

                Cara Kerja Motor Starter
             1. Pada saat motor Switch On
Apabila starter switch diputar ke posisi ON, maka arus baterai mengalir melaluihold in coil ke massa dan dilain pihak pull in coil, field coil dan ke massa melaluiarmature. Pada saat in hold dan pull in coil membentuk gaya magnet dengan arahyang sama, dikarenakan arah arus yang mengalir pada kedua kumparan tersebutsama.Seperti pada gambar diatas.Dari kejadian ini kontak plate (plunger) akan bergerak kearah menutup mainswitch, sehingga drive lever bergerak menggeser starter clutch kearah posisiberkaitan dengan ring gear. Untuk lebih jelas lagi aliran arusnya adalah sebagaiberikut:
Baterai→terminal 50→hold in coil→massa
 Baterai→terminal 50→pull in coil→field coil→armature→massa
 Oleh karena arus yang mengalir ke field coil pada saat itu , relative kecil makaarmature berputar lambat dan memungkinkan perkaitan pinion dengan ring gearmenjadi lembut. Pada kendaraan ini kontak plate belum menutup main switch.

                       2. Pada saat Pinion Berkaitan Penuh
Bila pinion gear sudah berkaitan penuh dengan ring gear , kontak plate akan mulaimenutup main switch, lihat gambar diatas, pada saat ini arus akan mengalirsebagai berikut:
Baterai→terminal 50→hold in coil→massa
 Baterai→main switch→terminal c→field coil→armature→massa
 Seperti pada gambar diatas di terminal C ada arus , maka arus dari pull in coiltidak dapat mengalir, akibatnya kontak plate ditahan oleh kemagnetan hold in coilsaja. Bersama dengan itu arus yang besar akan mengalir dari baterai ke field coil→armature→massa melalui main switch.
Akibatnya starter dapat menghasilkan momen putar yang besar yang digunakan memutarkan ring gear. Bilamana mesin sudah mulai hidup, ring gear akan memutarkan armature melalui pinion.Untuk menghindari kerusakan pada starter akibat hal tersebut maka kopling starter akanmembebaskan dan melindungi armature dari putaran yang berlebihan.
               
                    3 . Pada saat starter switch OFF.
Sesudah starter switch dihidupkan ke posisi off, dan main switch dalam keadaan belum 
membuka (belum bebas dari kontak plate).Maka aliran arusnya sebagaiberikut:
Baterai→terminal 30→main switch→terminal C
 Field coil→armature→massa 
 Oleh karena starter switch off maka pull in coil dan hold in coil tidak mendapat arus dari
teminal 50 melainkan dari teminal C.Sehingga aliran arusnya akan menjadi:
Baterai→terminal 30→main switch→terminal C
 Pull in coil→Hold in coil→massa
Karena arus pull in coil berlawanan maka arah gaya magnet yang dihasilkan juga berlawanan sehingga kedua-duanya saling menghapuskan, hal ini mengakibatkan kekuatan return spring dapat mengembalikan kontak plate ke posisi semula. Dengan demikian drive lever menarik starter clutch dan pinion gear terlepas dari perkaitan

PENGETESAN/PENGUJIAN MOTOR STARTER

1. Pengetesan Pull In Coil
· Hubungkan terminal (+) baterai ke terminal 50 motor starter
· Hubungkan terminal (-) baterai ke terminal C saklar starter dan bodi atau masa dari motor starter
· Pull In Coil baik jika pada pengetesan ini plunyer tertarik kebelakang dan tuas mendorong over raning clutch ke depan
Penting !! Pada Pengetesan ini lepaskan hubungan terminal C ke field Coil
Hasil gambar untuk sistem starter mobil  Hasil gambar untuk sistem starter mobil

2. Pengetesan Hold In Coil
Seperti pada pengetesan pull in coil lepaskan kabel yang menghubungkan negatif baterai dengan terminal C.
Pada pengetesan ini hold in coil baik jika posisi plunyer tetap tertahan
Hasil gambar untuk sistem starter mobil

3. Pengetesan Kumparan Medan
  3.1. Pengetesan Kontinuitas.
Dengan menggunakan Ohm meter hubungkan kedua jarum ohm meter ke masing- masing ujung kumparan. Harus ada kontinuitas diantara kedua ujung kumparan.
  3.2. Pengetesan Hubungan dengan masa.
Hubungkan satu jarum ohm meter ke ujung kumparan dan jarum yang lain ke massa / bodi. Antara bodi dan kumparan harus tidak ada kontinuitas.

4. Pengetesan Kumparan Jangkar dan Armatur
 4.1. Pengetesan Hubungan Singkat.
Hubungkan jarum ohm meter ke armatur dan ke bodi masa. Antara armatur dan bodi harus tidak ada hubungan.
 4.2. Pengetesan Kontinuitas.
Hubungkan kedua jarum ohm meter ke armatur. Ubahlah posisi salah satu jarum melingkari permukaan komutator. Pada pengetesan ini harus menunjukkan kontinuitas.
 5. Pengetesan Sikat dan Pemegang Sikat
  5.1. Pengetesan Hubungan Singkat .
Hubungkan jarum ohm meter ke sikat negatif dan pemegang sikat positif dan pada pengetesan ini harus tidak ada kontinuitas.
  5.2. Ukur sikat dengan vernier kaliper.
Ganti sikat jika melebihi batas minimal.
  5.3. Ukur Ketegangan Pegas sikat.
Ganti jika ketegangan dibawah standar ganti dengan yang baru.

 6. Pengetesan Over Runing Clutch.
Tahan roda gigi pinion dan putarlah kopling, kopling harus jalan bebas pada arah jarum jam dan terkunci pada putaran berlawanan arah jarum jam



DAFTAR PUSTAKA


ANALISA DAN PERBAIKAN KOPLING

I. Diagnosa dan Perbaikan Kerusakan Kopling. Memelihara kopling dapat dibagi menjadi tiga jenis :\ a. Pemeliharaan preventif. Memeriks...